3. Komunikasi Efektif
Komunikasi efektif adalah komunikasi
yang bertujuan agar komunikan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh
komunikator dan komunikan memberikan umpan balik yang sesuai dengan pesan.
Umpan balik yang sesuai dengan pesan tidak selalu berupa persetujuan. Komunikan
dapat saja memberikan umpan balik berupa ketidaksetujuan terhadap pesan, yang
terpenting adalah dimengertinya pesan dengan benar oleh komunikan dan
komunikator memeroleh umpan balik yang menandakan bahwa pesannya telah
dimengerti oleh komunikan.
Sebagai contoh, auditor meminta data anggaran kepada
auditan. Auditan mengerti permintaan auditor, tetapi menolak memberikan data
tersebut, maka komunikasi yang terjadi telah efektif. Komunikasi tersebut
efektif, meskipun umpan balik tidak sesuai keinginan auditor, karena pesan
telah dimengerti dengan benar dan diberikan umpan balik.
Agar komunikasi efektif terjadi
terdapat 2 hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Keselarasan
elemen-elemen komunikasi dengan pesan. Elemen-elemen komunikasi harus mendukung isi
pesan.Elemen-elemen komunikasi tersebut adalah komunikator, encoding,
saluran, decoding, dan komunikannya. Komunikasi akan efektif jika
terdapat keselarasan isi pesan dengan elemen-elemen lain dari proses
komunikasi.
b. Minimalisasi hambatan
komunikasi. Komunikasi
akan efektif jika hambatan berhasil diminimalkan. Hambatan komunikasi dapat
terjadi pada tiap elemen komunikasi termasuk pada situasi komunikasi
Berikut ini ilustrasi ketika
keselarasan elemen-elemen komunikasi tidak diperhatikan yang mendorong
komunikasi menjadi tidak efektif.
Seorang auditor memerlukan data
anggaran belanja suatu kantor. Untuk itu, dia meminta seorang petugas
kebersihan kantor tersebut untuk meminta data anggaran belanja ke bagian
keuangan. Maka, petugas kebersihan tersebut mendatangi salah seorang staf
keuangan, dan meminta anggaran belanja. Kemudian, petugas kebersihan kembali ke
tempat auditor dan menyerahkan anggaran belanja kepada si auditor. Ketika anggaran
tersebut dibaca oleh auditor, maka yang terbaca oleh auditor adalah daftar
rencana belanja alat-alat dan bahan-bahan kebersihan satu tahun mendatang.
Komunikasi ini tidak efektif karena staf keuangan sebagai komunikan tidak
memahami pesan dengan benar. Hal ini disebabkan ketidakselarasan elemen
komunikator, yaitu petugas kebersihan, dengan isi pesan.
Unsur-unsur Komunikasi
Untuk dapat berkomunikasi secara
efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain:
1. Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim
pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat
berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu
komunikasi.
2. Komunikan
Penerima (receiver) yang menerima
pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi
respon.
3. Media
Saluran (channel) yang digunakan
untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal
maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh,
bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya
4. Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi
5. Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
C. Jenis-jenis komunikasi
Menurut Potter dan Perry (1993),
Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi
yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
1. KOMUNIKASI VERBAL
Jenis komunikasi
yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah
pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat
atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan
respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga
untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang.
Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu
untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif harus:
a.Jelas dan ringkas
Komunikasi yang
efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang
digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai
dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang
penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa,
mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan
kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. Contoh: “Katakan pada saya
dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada
saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”
b.Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak
akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan.
Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika
ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu
mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan
istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan
mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah
sementara saya mendengarkan paru-paru Anda”.
c.Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif
memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti
konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi
perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati
kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih
kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting
ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
d.Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan
tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan
yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan
menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien.
Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas.
Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat
dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat
juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau
terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
e.Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat
sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan,
tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan
secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan
pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan
waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna
jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat.
Sumber:
http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/artikel-coba-2/edukasi/505-komunikasi-efektif-empatik-dan-persuasif
maksih bnayak artikel komunikasinya .. salam sukses
BalasHapus